Rabu, 28 Juli 2010

Appendisitis (Radang Usus Buntu)

1
PENDAHULUAN
—Apendisitis akut adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada
apendik dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering
ditemui. Apendisitis akut merupakan radang bakteri yang dicetuskan berbagai
faktor. Diantaranya hyperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan
cacing ascaris dapat juga menimbulkan penyumbatan.1
—Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara
berkembang, namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara
bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi.
Kejadian ini mungkin disebabkan perubahan pola makan, yaitu Negara
berkembang berubah menjadi makanan kurang serat. Menurut data epidemiologi
apendisitis akut jarang terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan mencapai
puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini menurun pada
menjelang dewasa. Insiden apendisitis sama banyaknya antara wanita dan lakilaki
pada masa prapuber, sedangkan pada masa remaja dan dewasa muda rationya
menjadi 3:2, kemudian angka yang tinggi ini menurun pada pria.1
—Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, obstruksi merupakan penyebab
yang dominan dan merupakan pencetus untuk terjadinya apendisitis. Kumankuman
yang merupakan flora normal pada usus dapat berubah menjadi patogen,
menurut Schwartz kuman terbanyak penyebab apendisitis akut adalah Bacteriodes
Fragilis bersama E.coli.1

Apendiks Verniformis
Pengertian Apendiks
—Apendiks adalah suatu organ yang terdapat pada sekum yang terletak pada
proximal colon, yang sampai sekarang fungsinya belum diketahui.1
Anatomi
—Apendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira
10cm dan berpangkal pada sekum. Apendiks memiliki lumen sempit dibagian
proximal dan melebar pada bagian distal. Saat lahir, apendiks pendek dan melebar
dipersambungan dengan sekum. Selama anak-anak, pertumbuhannya biasanya
berotasi ke dalam retrocaecal tapi masih dalam intraperitoneal. Pada apendiks
terdapat 3 tanea coli yang menyatu dipersambungan caecum dan bisa berguna
dalam menandakan tempat untuk mendeteksi apendiks. Posisi apendiks terbanyak
adalah Retrocaecal (74%) lalu menyusul Pelvic (21%), Patileal(5%), Paracaecal
(2%), subcaecal(1,5%) dan preleal (1%).1,4
—Apendiks didarahi oleh arteri apendicular yang merupakan cabang dari bagian
bawa arteri ileocolica. Arteri apendiks termasuk end arteri. Apendiks memiliki
lebih dari 6 saluran limfe melintangi mesoapendiks menuju ke nodus limfe
ileocaecal.3
3
Anatomi lokasi appendiks

Fisiologis
—Walaupun apendiks kurang memiliki fungsi, namun apendiks dapat berfungsi
seperti organ lainnya. Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml perhari. Lender
dicurahkan ke caecum. Jika terjadi hambatan maka akan terjadi patogenesa
apendisitis akut. GALT (Gut Assoiated Lymphoid Tissue) yang terdapat pada
apendiks menghasilkan Ig-A. namun, jika apendiks diangkat, tidak ada
mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlahnya yang sedikit sekali.3

Apendisitis Akut
—Apendisitis akut adalah proses radang bakteria yang timbul secara mendadak,
apendisitis disebabkan oleh berbagai faktor.4
Sejarah
—Ada beberapa fakta – fakta dalam buku ilmiah bahwa pada tahun 1500an para
ahli mengakui adanya hubungan yang sebenarnya dengan inflamasi yang
membahayakan dari daerah sekum yang disebut ” pertyphilitist”. Meskipun
dilaporkan keberhasilan apendiktomi pertama pada tahun 1776, pada 1886 baru
4
Reginal Flitz yang membantu membuat aturan bedah dalam pengangkatan
apendiks yang meradang sebagai pengobatan, yang sebelumnya dianggap fatal.
Pada tahun 1889, Charles McBurney mengenalkan laporan lama sebelum New
York Surgical Society mengemukakan akan pentingnya operasi apendisitis akut
dini serta kelembapan titik maksimum dari perut yang ditentukan dengan
menekan satu-tiga jari di garis yang menghubungkan antara spina iliaca anterior
superior dengan umbilicus. Lima tahun kemudian ia menemukan pemisahan otot
dengan pemotongan yang kini dikenal dengan namanya.1

Etiologi
—Apendisitis akut dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses radang
bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus diantaranya Hiperplasia
jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks, dan cacing askaris yang menyumbat.
Ulserasi mukosa merupakan tahap awal dari kebanyakan penyakit ini.2 namun ada
beberapa faktor yang mempermudah terjadinya radang apendiks, diantaranya :
1. Faktor sumbatan (obstruksi)
—Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis (90%) yang
diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hyperplasia jaringan
lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab
lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing. Obstruksi yang
disebabkan oleh fekalith dapat ditemui pada bermacam-macam apendisitis akut
diantaranya ; fekalith ditemukan 40% pada kasus apendisitis kasus sederhana,
65% pada kasus apendisitis akut ganggrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus
apendisitis akut dengan rupture.1
2. Faktor Bakteri
—Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada apendisitis akut.
Adanya fekolith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan
memperberat infeksi, karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen
apendiks, pada kultur didapatkan terbanyak ditemukan adalah kombinasi antara
Bacteriodes fragililis dan E.coli, lalu Splanchicus, lacto-bacilus, Pseudomonas,
Bacteriodes splanicus. Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi adalah
kuman anaerob sebesar 96% dan aerob<10%. 1
5
3. Kecenderungan familiar
—Hal ini dihubungkan dengan tedapatnya malformasi yang herediter dari organ,
apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya yang
mudah terjadi apendisitis. Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan makanan
dalam keluarga terutama dengan diet rendah serat dapat memudahkan terjadinya
fekolith dan mengakibatkan obstruksi lumen.1
4. Faktor ras dan diet
—Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari.
Bangsa kulit putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai resiko lebih
tinggi dari negara yang pola makannya banyak serat. Namun saat sekarang,
kejadiannya terbalik. Bangsa kulit putih telah merubah pola makan mereka ke
pola makan tinggi serat. Justru Negara berkembang yang dulunya memiliki tinggi
serat kini beralih ke pola makan rendah serat, memiliki resiko apendisitis yang
lebih tinggi. 1

Patofisiologi
—Patologi apendisitis berawal di jaringan mukosa dan kemudian menyebar ke
seluruh lapisan dinding apendiks. Jaringan mukosa pada apendiks menghasilkan
mukus (lendir) setiap harinya. Terjadinya obstruksi menyebabkan pengaliran
mukus dari lumen apendiks ke sekum menjadi terhambat. Makin lama mukus
makin bertambah banyak dan kemudian terbentuklah bendungan mukus di dalam
lumen. Namun, karena keterbatasan elastisitas dinding apendiks, sehingga hal
tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang
meningkat tersebut akan menyebabkan terhambatnya aliran limfe, sehingga
mengakibatkan timbulnya edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada
saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri di daerah
epigastrium di sekitar umbilikus.1,2
—Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat.
Hal ini akan menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan
bakteri akan menembus dinding apendiks. Peradangan yang timbul pun semakin
meluas dan mengenai peritoneum setempat, sehingga menimbulkan nyeri di
daerah perut kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.1
6
—Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding
apendiks yang disusul dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan
apendisitis ganggrenosa. Jika dinding apendiks yang telah mengalami ganggren
ini pecah, itu berarti apendisitis berada dalam keadaan perforasi.1
—Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses
peradangan ini. Caranya adalah dengan menutup apendiks dengan omentum, dan
usus halus, sehingga terbentuk massa periapendikuler yang secara salah dikenal
dengan istilah infiltrat apendiks. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan
berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Namun, jika tidak terbentuk abses,
apendisitis akan sembuh dan massa periapendikuler akan menjadi tenang dan
selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.1,2
—Pada anak-anak, dengan omentum yang lebih pendek, apendiks yang lebih
panjang, dan dinding apendiks yang lebih tipis, serta daya tahan tubuh yang masih
kurang, memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi
mudah terjadi karena adanya gangguan pembuluh darah.1
—Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi
akan membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya
perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali
menimbulkan keluhan pada perut kanan bawah. Pada suatu saat organ ini dapat
mengalami peradangan kembali dan dinyatakan mengalami eksaserbasi.2

Gambaran Klinis
—Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri
samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau
periumbilikus. Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang
muntah, dan pada umumnya nafsu makan menurun. Kemudian dalam beberapa
jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, ke titik Mc Burney. Di titik ini
nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan nyeri somatik
setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium,
tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar.
Tindakan ini dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi.
7
Terkadang apendisitis juga disertai dengan demam derajat rendah sekitar 37,5 -
38,5 derajat celcius.2,3,4
—Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat
dari apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika
meradang. Berikut gejala yang timbul tersebut.2,4
1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum
(terlindungoleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan
tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau
nyeri timbul pada saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk,
dan mengedan. Nyeri ini timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang
menegang dari dorsal.
2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis
· Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul
gejala dan rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis
meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulangulang
(diare).
· Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat
terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.
—Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan
diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya,
sehingga biasanya baru diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut beberapa
keadaan dimana gejala apendisitis tidak jelas dan tidak khas.2,3
1. Pada anak-anak
—Gejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan. Seringkali anak
tidak bisa menjelaskan rasa nyerinya. Dan beberapa jam kemudian akan terjadi
muntah- muntah dan anak menjadi lemah dan letargik. Karena ketidakjelasan
gejala ini, sering apendisitis diketahui setelah perforasi. Begitupun pada bayi, 80-
90 % apendisitis baru diketahui setelah terjadi perforasi.
2. Pada orang tua berusia lanjut
—Gejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari separuh
penderita baru dapat didiagnosis setelah terjadi perforasi.
8
3. Pada wanita
—Gejala apendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang gejalanya
serupa dengan apendisitis, yaitu mulai dari alat genital (proses ovulasi,
menstruasi), radang panggul, atau penyakit kandungan lainnya. Pada wanita hamil
dengan usia kehamilan trimester, gejala apendisitis berupa nyeri perut, mual, dan
muntah, dikacaukan dengan gejala serupa yang biasa timbul pada kehamilan usia
ini. Sedangkan pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks terdorong ke
kraniolateral, sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih
ke regio lumbal kanan.
PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Fisik2,3,4
· Inspeksi : pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal
swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi
perut.
· Palpasi : pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa
nyeri. Dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut
kanan bawah merupakan kunci diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan
perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut
tanda Rovsing (Rovsing Sign). Dan apabila tekanan di perut kiri bawah
dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah.Ini disebut
tanda Blumberg (Blumberg Sign).
· Pemeriksaan colok dubur : pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis,
untuk menentukan letak apendiks, apabila letaknya sulit diketahui. Jika
saat dilakukan pemeriksaan ini dan terasa nyeri, maka kemungkinan
apendiks yang meradang terletak didaerah pelvis. Pemeriksaan ini
merupakan kunci diagnosis pada apendisitis pelvika.
· Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator : pemeriksaan ini juga
dilakukan untuk mengetahui letak apendiks yang meradang. Uji psoas
dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperektensi sendi panggul
kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan.
Bila appendiks yang meradang menempel di m. psoas mayor, maka
9
tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Sedangkan pada uji obturator
dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi
terlentang. Bila apendiks yang meradang kontak dengan m.obturator
internus yang merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan ini akan
menimbulkan nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis pelvika.
2. Pemeriksaan Penunjang
· Laboratorium : terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein
reaktif (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit
antara10.000-20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan
pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat.1,6
· Radiologi : terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada
pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat
yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CTscan
ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalit serta perluasan
dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum.3,5
—Berdasarkan keadaan klinis, harusnya diperlihatkan secara rutin yaitu.1,5,7
1. Analisa urin. Test ini bertujuan untuk meniadakan batu ureter dan untuk
evaluasi kemungkinan dari infeksi saluran kemih sebagai akibat dari nyeri
perut bawah.
2. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase ini membantu mendiagnosa
peradangan hati, kandung empedu dan pancreas jika nyeri dilukiskan pada
perut bagian tengah bahkan kuadrant kanan atas.
3. Serum B-HCG untuk memeriksa adanya kemungkinan kehamilan.
4. Kebanyakan kasus apendisitis akut didiagnosa tanpa memperlihatkan
kelainan radiologi. Foto polos bisa memperlihatkan densitas jaringan lunak
dalam kuadran kanan bawah, bayangan psoas kanan abnormal, gas dalam
lumen apendiks dan ileus lebih menonjol. Foto pada keadaan berbaring
bermanfaat dalam mengevaluasi keadaan-keadaan patologi yang meniru
apendisitis akut. Contohnya udara bebas intraperitoneum yang
mendokumentasi perforasi berongga seperti duodenum atau kolon.
Kelainan berupa radioopaq, benda asing serta batas udara cairan di dalam
usus yang menunjukkan obstruksi usus. Sejumlah laporan tentang manfaat
10
enema barium telah jelas mencakup beberapa komplikasi. Pemeriksaan
enema barium jelas tidak diperlukan dalam kebanyakan kasus apendisitis
akut dan mungkin harus dicadangkan bagi kasus yang lebih rumit,
terutama yang dengan resiko operasinya berlebihan.1,4,7

Differensial Diagnosis
Gastroenteritis
—Pada terjadi mual, muntah, diare mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih ringan
dan terbatas tegas. Hiperperistaltis sering ditemukan. Panas dan leukosit kurang
menonjol dibandingkan apendisitis akut. laboratorium biasanya normal karena
hitung normal.1,4
Limfedenitis Mesenterika
—Biasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis ditandai dengan sakit
perut, terutama kanan disertai dengan perasaan mual, nyeri tekan, perut samar
terutama kanan.4
Demam Dengue
—Dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Di sini didapatkan hasil
positif untuk Rumple Leed, trombositopeni, hematokrit yang meningkat.4
Infeksi Panggul
—Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu
biasanya lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah lebih
difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya disertai keputihan dan infeksi urin.
Pada gadis dapat dilakukan colok vagina jika perlu untuk diagnosis banding. Rasa
nyeri pada colok vagina jika uterus diayunkan.4
Gangguan alat kelamin perempuan
—Folikel ovarium yang pecah dapat memberikan nyeri perut kanan bawah pada
pertengahan siklus menstruasi. Tidak ada tanda radang dan nyeri biasa hilang
dalam waktu dalam 24 jam, tetapi mungkin dapat mengganggu selama dua hari,
pada anamnesis nyeri yang sama pernah timbul lebih dahulu. 4
Kehamilan di luar kandungan
—Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak menentu
Ruptur tuba, abortus kehamilan di luar rahim disertai pendarahan maka akan
11
timbul nyeri mendadak difus di pelvis dan bisa terjadi syok hipovolemik. Nyeri
dan penonjolan rongga Douglas didapatkan pada pemeriksaan vaginal dan
didapatkan pada kuldosintesis.4
Divertikulosis Meckel
—Gambaran klinisnya hampir serupa dengan apendisitis akut. Pembedaan
sebelum operasi hanya teoritis dan tidak perlu, sejak diverticulosis Meckel
dihubungkan dengan komplikasi yang mirip pada apendisitis akut dan diperlukan
pengobatan serta tindakan bedah yang sama.1
Divertikulosis Meckel
—Ini harus dibedakan dengan apendisiit akut karena pengobatan berbeda umur
pasien sangat penting, apendisitis jarang pada umur di bawah 2 tahun sedangkan
hampir seluruh Intususception idiopatik terjadi di bawah umur 2 tahun.1
Ulkus Peptikum yang Perforasi
—Ini sangat mirip dengan apendisitis jika isi gastroduodenum terbalik mengendap
turun ke daerah usus bagian kanan (Saekum).
Batu Ureter
—Jika diperkirakan mengendap dekat apendiks, ini menyerupai apendisitis
retrocecal. Nyeri menjalar ke labia, scrotum, atau penis, hematuria dan / atau
demam atau leukosotosis membantu. Pielography biasanya untuk mengkofirmasi
diagnosa.1

Penatalaksanaan
—Penatalaksanaan pasien dengan apendisitis akut meliputi terapi medis dan terapi
bedah. Terapi medis terutama diberikan pada pasien yang tidak mempunyai akses
ke pelayanan bedah, dimana pada pasien diberikan antibiotik. Namun sebuah
penelitian prospektif menemukan bahwa dapat terjadi apendisitis rekuren dalam
beberapa bulan kemudian pada pasien yang diberi terapi medis saja. Selain itu
terapi medis juga berguna pada pasien apendisitis yang mempunyai risiko operasi
yang tinggi. Namun pada kasus apendisitis perforasi, terapi medis diberikan
sebagai terapi awal berupa antibiotik dan drainase melalui CT-scan pada
absesnya. The Surgical Infection Society menganjurkan pemberian antibiotik
profilaks sebelum pembedahan dengan menggunakan antibiotik spektrum luas
12
kurang dari 24 jam untuk apendisitis non perforasi dan kurang dari 5 jam untuk
apendisitis perforasi. 8,9
—Penggantian cairan dan elektrolit, mengontrol sepsis, antibiotik sistemik adalah
pengobatan pertama yang utama pada peritonitis difus termasuk akibat apendisitis
dengan perforasi.2
1. Cairan intravena ; cairan yang secara massive ke rongga peritonium harus di
ganti segera dengan cairan intravena, jika terbukti terjadi toxix sistemik, atau
pasien tua atau kesehatan yang buruk harus dipasang pengukur tekanan vena
central. Balance cairan harus diperhatikan. Cairan atau berupa ringer laktat harus
di infus secara cepat untuk mengkoreksi hipovolemia dan mengembalikan tekanan
darah serta pengeluaran urin pada level yang baik. Darah di berikan bila
mengalami anemia dan atau dengan perdarahan secara bersamaan.
2. Antibiotik : pemberian antibiotik intravena diberikan untuk antisipasi bakteri
patogen , antibiotik initial diberikan termasuk generasi ke 3 cephalosporins,
ampicillin – sulbaktam, dll, dan metronidazol atau klindanisin untuk kuman
anaerob. Pemberian antibiotik postops harus di ubah berdasarkan kulture dan
sensitivitas. Antibiotik tetap diberikan sampai pasien tidak demam dengan normal
leukosit.
Setelah memperbaiki keadaan umum dengan infus, antibiotik serta pemasangan
pipa nasogastrik perlu di lakukan pembedahan sebagai terapi definitif dari
appendisitist perforasi. 2
Terapi bedah meliputi apendiktomi dan laparoskopik apendiktomi. Apendiktomi
terbuka merupakan operasi klasik pengangkatan apendiks. Mencakup Mc Burney
insisi. Dilakukan diseksi melalui oblique eksterna, oblique interna dan transversal
untuk membuat suatu muscle spreading atau muscle splitting, setelah masuk ke
peritoneum apendiks dikeluarkan ke lapangan operasi, diklem, diligasi dan
dipotong. Mukosa yang terkena dicauter untuk mengurangi perdarahan, beberapa
orang melakukan inversi pada ujungnya, kemudian sekum dikembalikan ke dalam
perut dan insisi ditutup.9,1
13
Komplikasi
—Komplikasi yang sering ditemukan adalah infeksi, perforasi, abses intra
abdominal/pelvis, sepsis, syok. Perforasi yang ditemukan baik perforasi bebas
maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami pendindingan, sehingga
membentuk massa yang terdiri dari kumpulan apendiks, sekum dan keluk usus. 4,9

Prognosis
—Bila ditangani dengan baik, prognosis apendiks adalah baik. Secara umum
angka kematian pasien apendiks akut adalah 0,2-0,8%, yang lebih berhubungan
dengan komplikasi penyakitnya daripada akibat intervensi tindakan. 9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar