Minggu, 18 Mei 2014
Gangguan Pencernaan (10) Dyspepsia
DYSPEPSIA
(Gangguan Pencernaan)
Merawat Dyspepsia
Perawatan dyspepsia adalah topik yang sulit dan tidak memuaskan karena begitu sedikit obat-obat yang telah dipelajari dan telah menunjukan ke-efektifan. Lagi pula, obat-obat yang telah ditunjukan bermanfaat masih belum efektif secara substansial. Situasi sulit ini ada untuk beberapa sebab-sebab, seperti berikut:
Penyakit-penyakit yang mengancam nyawa (contohnya, kanker, penyakit jantung, dan tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah penyakit-penyakit yang menangkap perhatian publik dan, lebih penting, pembiayaan penelitian. Dyspepsia adalah bukan penyakit yang mengancam nyawa dan telah menerima pembiayaan penelitian yang sedikit. Karena kekurangan penelitian, pengertian dari proses-proses (mekanisme-mekanisme) fisiologi yang bertanggung jawab untuk dyspepsia telah berkembang secara perlahan. Obat-obat yang efektif tidak dapat dikembangkan hingga ada pengertian dari mekanisme-mekanisme ini.
Penelitian pada dyspepsia adalah sulit. Dyspepsia didefinisikan oleh gejala-gejala subyektif (seperti nyeri) daripada tanda-tanda obyektif (contohnya, kehadiran dari borok). Gejala-gejala subyektif adalah lebih kurang dipercaya daripada tanda-tanda obyektif dalam mengidentifikasi kelompok-kelompok pasien-pasien yang homogen. Sebagai akibatnya, kelompok-kelompok dari pasien-pasien dengan dyspepsia yang tengah menjalani perawatan kemungkinan mengandung beberapa pasien-pasien yang tidak mempunyai dyspepsia, yang mungkin melemahkan hasil-hasil perawatan. Lebih dari itu, hasil-hasil perawatan harus dievaluasi berdasarkan respon-respon subyektif (seperti membaiknya nyeri). Sebagai tambahan pada lebih ketidakpercayaan, respon-respon subyektif adalah lebih sulit untuk diukur daripada respon-respon obyektif (contohnya, kesembuhan dari borok).
Subtipe-subtipe dari dyspepsia yang berbeda (contohnya, nyeri perut dan perut yang kembung) kemungkinan disebabkan oleh proses-proses (mekanisme-mekanisme) fisiologi yang berbeda. Adalah juga mungkin, bagaimanapun, bahwa subtipe dyspepsia yang sama mungkin disebabkan oleh mekanisme-mekanisme yang berbeda pada orang-orang yang berbeda. Apa yang lebih, obat apa saja kemungkinan mempengaruhi hanya satu mekanisme. Oleh karenanya, tidak mungkin bahwa satu obat apa saja dapat efektif dalam semua bahkan kebanyakan pasien-pasien dengan dyspepsia, bahkan pasien-pasien dengan gejala-gejala yang serupa. Efektivitas yang tidak konsisten ini membuat pengujian obat-obat sangat sulit. Tentu saja, itu dapat dengan mudah berakibat pada percobaan-percobaan obat yang menunjukan tidak ada kemanjuran ketika , kenyataannya, obat sedang mebantu subkelompok dari pasien-pasien.
Gejala-gejala subyektif terutama sekali cenderung merespon pada placebo-placebo (obat-obat tidak aktif). Kenyataannya, pada kebanyakan studi-studi, 20 sampai 40% dari pasien-pasien dengan dyspepsia akan membaik jika mereka menerima obat-obat yang tidak aktif. Sekarang, semua percobaan-percobaan klinik dari obat-obat untuk dyspepsia memerlukan kelompok yang dirawat dengan placebo untuk perbandingan dengan kelompok yang dirawat dengan obat. Respon-respon placebo yang besar berarti bahwa percobaan-percobaan klinik ini harus menggunakan jumlah-jumlah yang besar dari pasien-pasien untuk mendeteksi perbedaan-perbedaan yang berarti (signifikan) dalam perbaikan antara kelompok-kelompok placebo dan obat. Oleh karenanya, percobaan-percobaan ini adalah mahal untuk dilaksanakan.
Kekurangan pengertian tentang proses-proses (mekanisme-mekanisme) fisiologi yang menyebabkan dyspepsia telah berarti bahwa perawatan biasanya tidak dapat diarahkan pada mekansme-mekanisme. Sebagai gantinya, perawatan biasanya diarahkan pada gejala-gejala. Contohnya, mual dirawat dengan obat-obat yang menekan mual namun tidak mempengaruhi penyebab dari mual. Pada sisi lain, obat-obat psikotropik (antidepressants) dan perawatan-perawatan psikologi (seperti cognitive behavioral therapy) merawat penyebab-penyebab dyspepsia yang hipotetis (contohnya, fungsi abnormal dari syaraf-syaraf sensor dan jiwa) daripada gejala-gejala. Perawatan untuk dyspepsia seringkali adalah serupa dengan yang untuk sindrom iritasi usus besar atau irritable bowel syndrome (IBS) walaupun penyebab-penyebab dari IBS dan dyspepsia kemungkinan adalah berbeda.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar