Sabtu, 17 Mei 2014
Gangguan Pencernaan (3) Dyspepsia
DYSPEPSIA
(Gangguan Pencernaan)
Penyebab Dyspepsia
Adalah tidak mengejutkan bahwa banyak penyakit-penyakit pencernaan telah dikaitkan dengan dyspepsia. Bagaimanapun, banyak penyakit-penyakit yang bukan pencernaan juga telah dikaitkan dengan dyspepsia. Contoh-contoh dari yang belakangan termasuk diabetes, penyakit tiroid, hipertiroid (kelenjar-kelenjar paratitoid yang terlalu aktif), dan penyakit ginjal yang berat. Adalah tidak jelas, bagaimanapun, bagaimana penyakit-penyakit bukan pencernaan ini mungkin menyebabkan dyspepsia. Penyebab kedua yang penting dari dyspepsia adalah obat-obat. Ternyata bahwa banyak obat-obat seringkali dikaitkan dengan dyspepsia, contohnya, obat-obat anti-peradangan nonsteroid (NSAIDs seperti ibuprofen), antibiotik-antibiotik, dan estrogen-estrogen). Sesungguhnya, kebanyakan obat-obat dilaporkan menyebabkan pada paling sedikit beberapa pasien-pasien.
Seperti didiskusikan sebelumnya, kebanyakan dyspepsia (bukan yang disebabkan oleh penyakit-penyakit bukan pencernaan atau obat-obat) dipercayai disebabkan oleh fungsi yang abnormal (disfungsi) dari otot-otot organ-organ sistim pencernaan atau syaraf-syaraf yang mengontrol organ-organ. Kontrol syaraf dari sistim pencernaan, bagaimanapun, adalah kompleks (rumit). Sistim syaraf yang menelusuri seluruh panjang dari sistim pencernaan dari kerongkongan sampai ke anus (dubur) dalam dinding-dinding yang berotot dari organ-organ. Syaraf-syaraf ini berkomunikasi dengan syaraf-syaraf lain yang berjalan ke dan dari sumsum tulang belakang (spinal cord). Syaraf-syaraf didalam sumsum tulang belakang, pada gilirannya, berjalan ke dan dari otak. Jumlah-jumlah syaraf-syaraf yang dikandung sistim pencernaan dilebihi hanya oleh sumsum tulang belakang dan otak. Jadi, fungsi abnormal dari sistim syaraf pada dyspepsia mungkin terjadi pada organ pencernaan yang berotot, sumsum tulang belakang (spinal cord), atau otak.
Sistim syaraf yang mengontrol organ-organ pencernaan, seperti dengan kebanyakan organ-organ lain, mengandung keduanya yaitu syaraf-syaraf sensor dan motor. Syaraf-syaraf sensor secara terus menerus merasakan apa yang terjadi (aktivitas) didalam organ dan menyampaikan (merelay) informasi ini pada syaraf-syaraf dalam dinding organ. Dari sana, informasi dapat disampaikan (direlay) pada sumsum tulang belakang dan otak. Informasi diterima dan diproses didalam dinding organ, sumsum tulang belakang, atau otak. Kemudian, berdasarkan pada masukan (input) sensor ini dan caranya masukan (input) diproses, perintah-perintah (respon-respon) dikirim ke organ melalui syaraf-syaraf motor. Dua dari respon-respon motor yang paling umum dalam usus kecil adalah kontraksi atau pengenduran dari otot organ dan pengeluaran cairan dan/atau lendir kedalam organ.
Seperti telah disebutkan, fungsi abnormal dari syaraf-syaraf organ-organ pencernaan, paling sedikit secara teori, mungkin terjadi pada organ, sumsum tulang belakang (spinal cord), atau otak. Lebih dari itu, kelainan-kelainan mungkin terjadi pada syaraf-syaraf sensor, syaraf-syaraf motor, atau pada pusat-pusat pemrosesan dalam usus kecil, spinal cord, atau otak.
Beberapa peneliti-peneliti memperdebatkan bahwa penyebab penyakit-penyakit fungsional adalah kelainan-kelainan pada fungsi syaraf-syaraf sensor. Contohnya, aktivitas-aktivitas normal, seperti peregangan usus kecil oleh makanan, mungkin menimbulkan tanda-tanda (signal-signal) sensor yang dikirim ke spinal cord dan otak, dimana mereka dirasakan sebagai yang menyakitkan. Peneliti-peneliti lain meperdebatkan bahwa penyebab penyakit-penyakit fungsional adalah kelainan-kelainan pada fungsi dari syaraf-syaraf motor. Contohnya, perintah-perintah abnormal melalui syaraf-syaraf motor mungkin menghasilkan kejang yang menyakitkan (kontraksi) dari otot-otot. Masih yang lain-lainnya memperdebatkan bahwa pusat-pusat pemrosesan yang berfungsi secara abnormal adalah bertanggung jawab pada penyakit-penyakit fungsional karena mereka salah menafsirkan sensasi-sensasi (perasaan) normal atau mengirim perintah-perintah yang abnormal ke organ. Sesungguhnya, beberapa penyakit-penyakit fungsional mungkin disebabkan oleh disfungsi sensor, disfungsi motor, atau disfungsi kedua-duanya yaitu sensor dan motor. Yang lain-lain mungkin disebabkan oleh kelainan-kelainan didalam pusat-pusat pemrosesan.
Suatu konsep penting yang adalah relevan (bersangkut-paut) pada beberapa mekanisme-mekanisme (penyebab-penyebab) yang potensial ini dari penyakit-penyakit fungsional adalah visceral hypersensitivity. Konsep ini menyatakan bahwa penyakit-penyakit yang mempengaruhi organ-organ pencernaan (viscera atau isi rongga perut) "membuat peka" (merubah kemampuan reaksi dari) syaraf-syaraf sensor atau pusat-pusat pemrosesan pada sensasi-sensasi yang datang dari organ. Menurut teori ini, penyakit semacam kolitis (peradangan usus besar) dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang permanen dalam kepekaan dari syaraf-syaraf atau pusat-pusat pemrosesan dari kolon. Sebagai akibat dari peradangan sebelumnya ini, stimuli normal dirasakan sebagai abnormal (contohnya, sebagai menyakitkan). Jadi, kontraksi usus besar yang normal mungkin menyakitkan. Adalah tidak jelas penyakit-penyakit apa sebelumnya mungkin menjurus pada kepekaan yang sangat (hypersensitivity) pada orang-orang, meskipun penyakit-penyakit infeksius (bakteri atau virus) dari saluran pencernaan disebutkan paling sering. Visceral hypersensitivity telah ditunjukan secara jelas pada hewan-hewan dan manusia-manusia. Perannya dalam penyakit-penyakit fungsional yang umum, bagaimanapun, adalah tidak jelas.
Penyakit-penyakit dan kondisi-kondisi lain dapat memperburuk penyakit-penyakit fungsional, termasuk dyspepsia. Ketakutan dan/atau depresi adalah mungkin faktor-faktor yang memperburuk yang paling umum dikenal untuk pasien-pasien dengan penyakit-penyakit fungsional. Faktor yang memperburuk lain adalah siklus menstrual. Selama periode-periode mereka, wanita-wanita seringkali mencatat bahwa gejala-gejala fungsional mereka adalah lebih buruk. Ini bersesuaian dengan waktu yang sewaktu itu hormon-hormon wanita, estrogen dan progesterone, berada pada tingkat-tingkat tertinggi mereka. Lebih jauh, telah diamati bahwa merawat wanita-wanita yang mempunyai dyspepsia dengan leuprolide, obat suntikan yang menutup produksi estrogen dan progesterone tubuh, adalah efektif pada pengurangan gejala-gejala dyspepsia pada wanita-wanita yang pramenopause. Pengamatan-pengamatan ini mendukung peran untuk hormon-hormon dalam intensifikasi gejala-gejala fungsional.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar